Sebanyak 60.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh dalam dua bulan terakhir, di tengah meningkatnya konflik antara pemerintah junta dan pemberontak Tentara Arakan di Myanmar.
“Posisi kami pada prinsipnya adalah tidak mengizinkan lebih banyak Rohingya masuk. Namun, terkadang situasinya menjadi sedemikian rupa sehingga kami tidak punya pilihan lain," kata penasihat urusan luar negeri Bangladesh, Md. Touhid Hossain, pada Minggu (22/12/2024).
"Dalam situasi seperti itu, kami mengizinkan 60.000 warga Rohingya masuk. Bukannya kami mengizinkan mereka masuk secara resmi, mereka masuk melalui rute yang berbeda,” ujarnya, menambahkan.
Ia pun menjelaskan telah mengikuti pertemuan konsultasi informal dengan perwakilan sejumlah negara tetangga, yaitu Laos, Thailand, India, China, dan Myanmar untuk mendiskusikan isu ini.
Dalam pertemuan yang dipimpin Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa di Bangkok pekan lalu, Hossain menegaskan bahwa tidak akan ada lagi gelombang pengungsi Rohingya yang masuk ke Bangladesh.
“Namun, kami harus membuat pengaturan untuk menghentikan gelombang itu, bersama dengan masyarakat internasional,” katanya.
Negara-negara tersebut, ujarnya, tidak melihat kemungkinan Myanmar kembali ke keadaan sebelumnya.